Beras Plastik, Singkong, dan Beras Cerdas (3-Habis)
Singkong adalah pangan lokal yang bisa menggantikan beras. Keberpihakan dan kebijakan untuk membudidayakan dan mengolahnya masih minim sehingga banyak dijual dalam bentuk segar.
Singkong adalah pangan lokal yang bisa menggantikan beras. Keberpihakan dan kebijakan untuk membudidayakan dan mengolahnya masih minim sehingga banyak dijual dalam bentuk segar. (Heri Soba)
Singkong adalah pangan lokal yang bisa menggantikan beras. Keberpihakan dan kebijakan untuk membudidayakan dan mengolahnya masih minim sehingga banyak dijual dalam bentuk segar. (Heri Soba) |
Selain Beras Cerdas yang seratus persen dari tepung singkong, ada juga beras analog yang bentuknya mirip beras, tapi tidak terproses secara alami melainkan hasil rekayasa manusia. Beras analog terbuat dari berbagai macam tepung, seperti sorgum, jagung, atau sagu. Bentuknya oval menyerupai beras, hanya warnanya agak kusam, tidak seputih beras autentik. Beras analog karya Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2012 juga patut diacungi jempol karena menjadi alternatif dari dominasi dan sakralisasi beras dari padi selama ini. Belakangan ada juga sejumlah lembaga penelitian mengembangkan beras analog tersebut.
Saat merilis beras analog, peneliti F-Technopark IPB Slamet Budijanto menjelaskan beras tersebut untuk kalangan masyarakat tertentu, terutama untuk kesehatan. Beras analog dibuat menggunakan teknologi ekstrusi yang dirancang khusus dengan mengatur kondisi proses dan formulanya. Teknologi ekstrusi secara umum memungkinkan untuk melakukan serangkaian proses pengolahan seperti mencampur, menggiling, memasak, mendinginkan, mengeringkan dan mencetak dalam satu rangkaian proses.
Di Indonesia, pada 1970-an sudah ada upaya membuat beras tiruan yang disebut beras Tekad, namun tidak mendapat sambutan dari masyarakat, karena beras imitasi yang dibuat dari ketela, kacang, dan jagung ini ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.
Di tengah polemik beras tiruan tersebut, sedikit sekali menaruh perhatian pada tanaman singkong. Padahal, singkong mempunai banyak manfaat, termasuk bahan baku beras tiruan, seperti Beras Cerdas asal Jember tersebut.
Ketua Umum Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen menegaskan beredarnya beras plastik tersebut seharusnya menjadi momentum untuk mendorong potensi berbasis lokal, terutama singkong, yang selama ini belum mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Dikatakan, pemanfaatan tepung singkong, jagung, sagu, dan umbi-umbian lainnya bisa menjadi pangan alternatif pengganti beras. Khusus singkong, pemanfaatan tepung singkong dalam pembuatan beras berbasis singkong dan makanan berbasis tepung lainnya pun tidak terlalu sulit.
“Teknologinya tidak sulit, sekarang tinggal mau atau tidak? Heboh beras plastik ini seharusnya menjadi momentum bersama mendorong pangan alternatif.“ tegas Suharyo.
Dikatakan, pengembangan beras alternatif itu karena beras padi semakin susah diproduksi. Beberapa hal yang menjadi tantangan produksi, seperti semakin sulit lahan sawah pengganti yang dikonversi ke nonpertanian. Dalam musyawarah nasional (Munas) pada 7 April lalu, MSI menetapkan model Klaster Industri Agro Singkong Terpadu akan menjamin bahan baku idustri tepung singkong yang akan dijadikan salah satu bahan baku beras komposit. Beras komposit (alterntif) akan memenuhi kebutuhan karbohidrat masyarakat dan juga kandungan protein dan vitamin tertentu sesuai permintaan pasar.
Suharyo menjelaskan bahwa potensi singkong masih sangat terbuka luas dan Indonesia cocok untuk pengembangan singkong tersebut. Selain iklim yang cocok, masih terdapat jutaan hektare (ha) lahan untuk pengembangan singkong. Namun, hal tersebut membutuhkan komitmen yang kuat deri pemerintah untuk mendorong singkong tersebut. Hal yang sama juga diperlukan untuk jagung, sagu, sorgum, dan umbi-umbian lain dalam menopang pangan nasional.
Jika tidak, singkong dan sejumlah komoditas pangan akan tersisih karena bersaing dengan tanaman seperti tebu, sawit, dan hortikultura lainnya. Harga singkong dan umumnya produk pangan alternatif beras biasanya kurang menarik saat panen. Belum lagi industri olahan singkong yang belum merata di sentra produksi sehingga petani kesulitan pemasaran.
“Untuk itu penting sekali menopang singkong menjadi prioritas. MSI punya komitmen besar untuk hal tersebut,” kata Suharyo.
Masifnya pemberitaan terkait beras yang diduga dicampur atau terbuat dari plastik memberikan sejumlah dampak dalam berbagai sisi. Salah satunya adalah pemahaman masyarakat yang semakin bagus karena edukasi terkait beras berkualitas masih sangat jarang. Pada saat bersamaan, perlu mendorong kebangkitan sejumlah pangan lokal yang sebenarnya punya kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras berbasis tanaman padi. Ini hanya soal kebiasaan konsumsi dan lebih dari itu, pemerintah dan pimpinan masyarakat bisa memberi contoh yang benar dan tepat sehingga secara bertahap Indonesia mengurangi ketergantungan dari beras.
Heri Soba/HS
sumber berita: beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar