Sabtu, 24 Desember 2011

GERAKAN NASIONAL SINGKONG SEJAHTERA BERSAMA DI SELURUH INDONESIA (IV)

Oleh: H. Suharyo Husen B.Sc, SE, MBA
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia


V. GERAKAN NASIONAL SINGKONG SEJAHTERA BERSAMA ( GERNAS SSB )

Untuk mencapai Singkong Sejahtera Bersama (SSB), maka Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) telah meluncurkan kegiatan Proyek : “PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO SINGKONG TERPADU “. Melalui Pengembangan Klster , para petani peserta Klaster dilatih mengolah singkong untuk menghasilkan produk setengah jadi ( chips, gaplek, tepung singkong , mocaf, tapioka dsb) sebagai bahan baku industri lanjutan atau industri derivatif, sehingga petani hanya menjual barang-barang setengah jadi tersebut.

Ditargetkan tahun 2015 petani singkong di Indonesia tidak pernah menjual singkong segar lagi dan tidak lagi mempermasalahkan “harga singkong rendah“, tapi yang menjadi acuan petani “ harga chips, harga tepung, harga mocaf, harga tapioka dsb “.

Berdasarkan program Klaster tersebut, maka Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) mulai tahun 2012 meluncurkan : “ GERAKAN NASIONAL SINGKONG SEJAHTERA BERSAMA ATAU GERNAS SSB “ ,


Phase I , 5 Tahun , mulai tahun 2012 , termasuk di Daerah Tertinggal dengan target :

4.1 Tahun 2012 : Sosialisasi GERNAS SSB keseluruh MSI daerah yang saat ini telah ada di 16 Propinsi dan 50 Kabupaten/Kota, termasuk diseluruh Kabupaten Daerah Tertinggal dengan sekaligus pembentukan organisasi Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) setempat.

4.2 Tahun 2013 : Pelaksanaan Pilot Proyek di 50 Kabupaten/Kota sebanyak 150 Klaster atau 3 klaster per Kabupaten/Kota, yaitu masing-masing , 1 klaster Petani, 1 klaster buruh tani dan 1 klaster pemuda/pemudi tani . Total biaya 150 klaster a’Rp 12 Milyar/klaster = Rp 1,8 Triliyun dengan melibatkan 18.000 KK petani atau 72.000 orang ( 1 KK = 4 orang, bapak, ibu dan 2 anak ), termasuk di Daerah Tertinggal.

4.3 Tahun 2014 : Pelaksanaan Proyek 10 X 150 klaster di 50 Kabupaten/Kota di 16 ( 1Ha tanaman singkong darul hidayah/manggu 10 .000 tanaman dapat menghasilkan bibit untuk 10 Ha ) mejadi 1500 Klaster dengan melibatkan 180.000 KK petani atau 720.000 orang.

4.4 Tahun 2015 : Perluasan MSI ke 17 Propinsi lainnya, sehingga menjadi 33 propinsi, dengan pelaksanaan proyek Klaster tambahan sebanyak : 1500 Klaster , sehingga seluruhnya menjadi 3.000 Klaster a’300 Ha/klaster = 900.000 Ha . Jumlah petani peserta klaster 3.000 klaster a’120 kk ( 1 kk mengelola 2,5 Ha ) = 360.000 KK petani . Sehingga dapat mensejahterakan sebanyak 360.000 x 4 orang = 1.440.000 orang ( 1 KK = 4 orang yaitu ayah, ibu dan 2 orang anak ). Target pendapatan petani : antara Rp 5 juta-Rp 15 juta/KK/Bulan.

4.5.Tahun 2016 : Pelaksanaan Proyek Klaster seperti pada tahu 2015 yaitu sebanyak 3.000 Klaster diseluruh 33 provinsi di Indonesia, termasuk Daerah Tertinggal, dengan melibatkan 360.000 KK petani. Luasan lahan yang diusahakan oleh klaster tersebut akan meliputi 3.000 Klaster a’ 300 Ha/klaster = 900.000 Ha. Produksi singkong yang akan dihasilkan adalah 900.000 x 100 ton/Ha = 90 juta Ton singkong basah atau sekitar 30 juta Ton Chips. Apabila harga Chips di tingkat petani Rp 2.000,00/Kg, maka uang yang akan beredar dari kegiatan Klaster secara langsung saja akan mencapai : 30 juta Ton x Rp 2000,-/Kg = Rp 60 Triliyun.

Tentunya akan ditambah lagi dari hasil sampingan seperti p[akan ternak dari 1 Ha Singkong bisa menghasilkan pakan ternak sekitar 30 Ton, maka akan dihasilkan palan ternak sebanyak = 900.000 Ha x 30 Ton = 27 juta Ton pakan ternak, apabila harganya Rp 1000/Kg ditingkat petani akan diperoleh uang beredar lagi sebanyak : 27 juta Ton x Rp 1000/Kg = Rp 27 Triliun.

Bagitu pula pupuk organik yang akan dihasilkan dari bonggol bawah singkong ( selama ini hanya waste ), bisa mencapai 10 Ton/Ha, maka akan dihasilkan sebanyak : 900.000 x 10 ton pupuk = 9 juta ton pupuk, apabila harga pupuk organik ditingkat petani Rp 300/Kg, maka akan beredar pula tambahan dana sebesar : 9 juta Ton x Rp 300 = Rp 2,7 Triliyun.

Jadi Total dana yang akan beredar dilingkup petani peserta klaster saja akan mencapai : Rp 60 T + Rp 27 T + Rp 2,7 T = Rp 89,7 Triliyun ( tahun 2016, juga pada tahun 2015 ).

VI. PENUTUP .
Dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Singkong Sejahtera Bersama ( GERNAS SSB ), maka penangnan singkong diseluruh tanah air secara profesional akan dapat mensejahterkan rakyat Indonesia.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus mendukung “ GERNAS SSB “ tersebut agar masyarakat perdesaan sejahtera dan rakyat Indonesia sejahtera. Bantuan tersebut dapat berupa dana bergulir yaitu dari APBN sebesar Rp 1,8 Triliyun dan dari APBD juga total Rp 1,8 Triliyun ( dari 33 Provinsi dan dari seluruh Kabupaten/Kota seluruh Indonesia). Jadi Total dana awal Rp 3,6 Triliyun, akan menjadi Rp 89,7 Triliyun pada akhir proyek tahun 2016.

Jakarta, 6 Desember 2011.
Penyusun,
H. Suharyo Husen B.Sc, SE, MBA/Ketua Masyarakat Singkong Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar