FAO dan Bank Dunia memperkirakan akan terjadi krisis pangan pada tahun 2025. Indonesia tengah mempersiapkan ‘Feed Indonesia-Feed The World’ yang tujuannya tidak lain adalah ketahanan pangan Nasional berkelanjutan dan ekspor. Harga pangan di pasar dunia mengalami kenaikan pesat akhir-akhir ini. Kenaikan harga tersebut diyakini bukan semata-mata fenomena temporer.
‘Peningkatan penggunaan pangan untuk energi menyebabkan kenaikan harga pangan diperkirakan akan terus berlanjut; Kenaikan harga pangan mengancam pemenuhan kebutuhan manusia yang paling dasar, meningkatkan instabilitas politik dan ekonomi, dan menghambat pengentasan kemiskinan dibanyak Negara’ demikian disampakan oleh Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) H. Suharyo Husen, B.Sc.SE.MBA yang bertindak sebagai moderator acara ‘Simposium Diversifikasi Pangan Kamar Dagang Indonesia (KADIN)’ di Jakarta (28/9).
‘Kenaikan harga seyogyanya dapat mendorong Negara produsen (Indonesia) meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan memasok kebutuhan dunia. Kesempatam ini selayaknya dapat mendorong pemanfatan potensi dan sumberdaya secara optimal bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dan negara’.
Pada tahun 2011 terdapat peluang investasi USD 10 Milyar atau sekitar Rp. 85,40 triliun pasca pelaksanaan Forum Ekonomi Dunia untuk Asia Timur (World Economic Forum for East Asia). Memperhatikan produksi saat ini, produksi pangan di Indonesia masih dapat ditingkatkan sehingga ketahanan pangan nasional menjadi lebih kokoh dan berperan lebih besar pada penyediaan pangan dunia.
Pada pembukaannya, Fransiscus Welirang Ketua tetap Komite Ketahanan Pangan KADIN menyampaikan beberapa kriteria pangan dalam diversifikasi pangan antara lain, pilihan alternative pangan strategis sebagai sumber karbohidrat (beras, Jagung, Singkong, Sorghum, umbi-umbian, dll); Harga yang dapat bersaing atau lebih murah terhadap beras; mudah diolah secara masal di tingkat produksi, pertanian dan di tingkat rumah tangga, serta dapat diterima oleh masyarakat; bersumber dari dalam negeri; aspek keberlangsungan dan ketersediaan pangan sepanjang tahun.
Tentang singkong sebagai sumber karbohidrat dan alternative pangan yang strategis, KADIN telah menyampaikan kepada Pemerintah melalui surat ke Menko Perekonomian, tembusan Menteri Pertanian agar mendapat insentif fiskal dari pemerintah seperti beras sebagai komoditas unggulan tidak ada PPN (ditanggung Pemerintah).
Selain itu disampaikan beberapa materi lainnya yang menarik dari beberapa narasumber antara lain, ‘Kebijakan Diversifikasi Pangan dan Strategi pelaksanaannya dilapangan’ oleh Gayatri K. Rana, MSc. Kepala Pusat Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan Kementrian Pertanian, ‘Strategi industri bahan pangan non beras dalam mendukung diversifikasi pangan pangan nasional’ oleh kementrian Perindustrian, ‘Studi kasus Pengembangan klastering industri mocaf dalam memperkuat diversifikasi pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan’ disampaikan oleh DR Subagyo, Ketua GAPMMI.
‘Peran Pemerintah Daerah terhadap ketersediaan sumber karbohidrat, berbasis komoditas local non beras untuk mendudukung ketahanan pangan nasional’ dibawakan oleh Kayo dari Kadin. Dan yang terakhir adalah Dr. Ir. Mariati Tamba, MM. membawakan materi ‘Diversifikasi Pangan berbasis Hortikultura’ . (Rhp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar