Senin, 04 Maret 2013

Perlu Dukungan Pembiayaan Dorong Usaha Singkong


[JAKARTA] Pemerintah, lembaga perbankan, dan lembaga pembiayaan non-bank harus meningkatkan komitmen dan merealisasikan dukungan pembiayaan pada usaha budi daya dan pengolahan singkong. Para petani umumnya kurang memiliki modal kerja dan sulit mengembangkan produk olahan singkong. Padahal, singkong dapat diolah menjadi sejumlah produk strategis, bisa meningkatkan pendapatan para petani, dan dibutuhkan banyak orang sebagai sumber pangan alternatif. Demikian benang merah dari sarasehan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) dan perayaan ulang tahun ke-3 MSI di Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/2). 

Dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara MSI dengan Induk Koperasi Purnawirawan dan Warakawuri TNI-Polri (Inkoppabri) dan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI). Hadir juga sejumlah perwakilan petani singkong, pelaku usaha, para pakar teknologi dan mekanisasi pertanian, serta perwakilan dari beberapa MSI daerah. Suharyo mengatakan, sebagaimana kendal pertanian selama ini, pembiayaan dan modal kerja menjadi salah satu persoalan dalam usaha singkong. Kondisi tersebut menyebabkan singkong hanya menjadi komoditas ‘selingan’ dan sekadar memenuhi kebutuhan yang terbatas. Padahal, potensi sumber dana untuk membantu pembiayaan pertanian, termasuk usaha budidaya dan singkong olahan, cukup banyak. Baik dana pemerintah, pihak swasta, perbankan, maupun lembaga keuangan nonbank.

“Untuk itu, kehadiran MSI diharapkan menjadi jembatan dalam membantu petani hingga industri pengolahan dalam meningkatkan usaha singkong. Sejak didirikan tiga tahun lalu, MSI masih konsisten dengan upaya meningkatkan pendapatan petani singkong dengan meningkatkan nilai tambah olahan,” kata Suharyo. 
Sejak didirikan, MSI terus menyuarakan peningkatan pendapatan petani melalui Gerakan Nasional Singkong Sejahtera Bersama. Model tersebut dengan membangun klaster pengembangan singkong dalam satu kawasan yang menghimpun ratusan petani. Untuk itu, kata Suharyo, dukungan lembaga pembiayaan sangat penting dalam mengoptimalkan konsep tersebut. Dengan demikian singkong tidak lagi diproduksi dan dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi diolah dalam berbagai bentuk untuk memenuhi kebutuhan pangan alternatif, industri, kosmetik, plastik, hingga pemenuhan energi dunia. 

Harapan atas dukungan lembaga pembiayaan juga disampaikan para pengurus MSI Jawa Barat, MSI Sulawesi Selatan, dan MSI Nusa Tenggara Timur (NTT). Produksi singkong di daerah-daerah belum banyak diolah dan diperlukan dukungan investasi dalam skala kecil, menengah, dan besar, agar bisa meningkatkan nilai tambah bagi para petani. 
“Komoditas singkong ini masih dinilai kurang ekonomis sehingga perlu terobosan yang bisa menyadarkan para petani. Untuk itu, kami mendukung kampanye MSI pusat agar singkong juga dijadikan pemerintah sebagai komoditas strategis seperti padi dan jagung,” kata Ketua MSI Sulawesi Selatan Syafruddin Nompe. 

Selain pembiayaan, mekanisasi juga menjadi salah satu kendala dalam mendongkrak produksi singkong. Untuk itu, diperlukan dukungan peralatan dan mesin dalam membantu budi daya dan pengolahan singkong. Menurut Kartono yang juga Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian Indonesia (Alsintani), mekanisasi sangat diperlukan dalam produksi dan pengolahan singkong karena minimnya tenaga kerja pertanian dan praktik petani singkong yang masih tradisional. “Jika tidak menggunakan alat dan mesin pertanian maka sulit meningkatkan hasil produksi dan mengoptimalkan olahan singkong,” katanya. [H-12)
Sumber: Suara Pembaruan


1 komentar: